AJARKAN KEMANDIRIAN BAGI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS

Kemandirian merupakan aspek penting dalam kehidupan. Kemandirian ini perlu dilatih sejak dini agar anak tidak memiliki ketergantungan yang berlebih dengan orang lain. Anak tunagrahita merupakan salah satu anak yang memiliki kelainan dalam perkembangan mental yang disebabkan karena rendahnya tingkat kecerdasan. Anak tunagrahita mengalami kesulitan dalam merawat diri. Hal ini perlu penanganan yang sesuai dengan kondisi dan kemampuan anak. dalam hal ini sekolah memiliki kewajiban untuk memberikan penanganan yang sesuai dengan kondisi anak. anak tunagrahita memerlukan pendidikan khusus yang dapat mengembangkan kemampuan pada diri anak secara optimal. Sarana penunjang yang digunakan juga harus disesuaikan dengan kemampuan anak.

Penanganan ini dapat berupa melatih kemampuan merawat diri untuk melakukan aktivitas sehari-hari (Activity of Daily Living/ADL). ADL dikenal dengan istilah bina diri yang mengacu pada suatu kegiatan yang bersifat pribadi, tetapi memiliki dampak dan berkaitan dengan human relationship. Keterampilan-keterampilan yang diajarkan atau dilatihkan dalam bina diri menyangkut kebutuhan individu yang harus dilakukan sendiri tanpa dibantu oleh orang lain bila kondisinya memungkinkan. Berdasarkan fakta tersebut, sekelompok mahasiswa Fakultas Ilmu Pendidikan UNY membuat media pembelajaran Self-Help Based Busy Book sebagai upaya meningkatkan kemampuan ADL pada anak tunagrahita. Media ini digunakan untuk mempermudah melatih kemandirian anak dalam melakukan aktivitas sehari-hari.

Asfin Herminda Ratnaningsih dan Trisna Yulianto dari prodi Pendidikan Luar Biasa serta Fitri Ekasari prodi Pendidikan Luar Sekolah merancang busy book ini sedemikian rupa dan diharapkan dapat melatih kemandirian anak dalam melakukan aktivitas kehidupan sehari-hari. Menurut Asfin istilah busy book berasal dari kata busy artinya sibuk dan book artinya buku. “Busy book adalah buku yang membuat sibuk” kata Asfin “Busy book meliputi halaman sampul dengan sesuatu yang menggembirakan untuk anak, halaman menggunakan kain berwarna krem atau warna yang terang, isinya berupa buah, tas, pelampung, tenda, sepatu, dan bunga”. Buku ini lebih mengedepankan pendekatan visual berupa gambar tiga dimensi dalam berbagai bentuk aktivitas berbeda–beda yang lebih menonjolkan teknik praktik.

Trisna Yulianto menjelaskan bahwa buku ini merupakan media berbasis education games sebagai media pembelajaran ADL yang ditujukan anak tunagrahita. “Media ini memberikan pembelajaran kegiatan keseharian secara umum berupa memakai baju, celana, sepatu dan lain-lain” kata Trisna. Buku ini diberi penampilan warna-warni yang menarik agar anak lebih tertarik menggunakannya. Buku juga diberi gantungan agar mudah dibawa dan terbuat dari bahan ringan agar tidak berat dibawa. Ditambahkan Fitri Ekasari bahwa halaman pertama buku ini berisi aktivitas sehari-hari seperti memakai baju, dimana anak akan dilatih menggunakan resleting yang benar ketika memakai baju. “Kegiatan ini juga dapat diajarkan sambil bermain sekaligus dapat digunakan untuk melatih motorik halus anak” kata Fitri. Dengan media ini dapat memberikan peluang bagi anak tunagrahita untuk melatih kemampuan ADL yang dapat dikembangkan secara optimal. Selain itu, media ini dibuat semenarik mungkin agar anak tertarik saat berlatih ADL dengan media buku ini. Hal ini juga melibatkan peran aktif guru, orang tua, dan orang-orang disekitar anak untuk memberikan stimulus agar anak mau untuk mencoba-coba kegiatan yang ada dalam buku. Karya mahasiswa ini berhasil mendapat beberapa apresiasi diantaranya juara pertama LKTI dalam rangka Hari Difabel Internasional di Surakarta. (Dedy