Dialog Pendidikan Mahasiswa FIP UNY Kepada Masyarakat

Tidak semua orang dapat merasakan bangku perkuliahan. Ada sebagian dari saudara-saudara kita terkendala oleh keterbatasan biaya sehingga tidak dapat melanjutkan pendidikannya. Padahal, pendidikan adalah investasi masa depan dan hanya dengan pendidikanlah janji kehidupan yang lebih baik berbaik hati menjemput di masa depan. Selain keterbatasan biaya, keterbatasan informasi dari luar dan kurangnya figure yang memberi contoh dan dukungan juga merupakan kendala utama. Oleh sebab itu, Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta mengadakan kegiatan “Dialog Pendidikan Mahasiswa FIP UNY Kepada Masyarakat”. Kegiatan ini bertujuan untuk memberikan contoh figure dan sumber informasi yang memberi motivasi dan dukungan kepada masyarakat khususnya para pelajar yang mempunyai semangat menempuh pendidikan tapi terkendala keterbatasan biaya untuk terus berjuang agar kehidupan terus berkembang lebih baik. Para panitia dan peserta kegiatan ini adalah mahasiswa-mahasiswa penerima beasiswa Bidik Misi Fakultas Ilmu Pendidikan UNY. Para panitia dan peserta kegiatan ini, yang berlabel mahasiswa Bidik Misi tersebut, bisa berbagi pengalaman perjuangan dalam melanjutkan pendidikan tanpa terkendala oleh masalah biaya.

Kegiatan ini dilaksanakan di desa Joho, Prambanan, Klaten pada hari Sabtu-Minggu, tanggal 23-24 November 2013. Kegiatan ini terbagi atas beberapa rangkaian acara, yaitu games dengan anak-anak desa setempat, sarasehan bersama, dan bakti lingkungan. Acara games diikuti oleh lebih dari 100 anak SD dan SMP. Puncak kegiatan “Dialog Pengembangan Pendidikan Mahasiswa FIP UNY” adalah acara sarasehan bersama warga desa Joho pada Sabtu malam. Acara ini dihadiri lebih dari 260 orang yang terdiri dari para perangkat desa dan RT RW setempat, para pelajar SMA dan SMK serta orang tua wali. Acara sarasehan dibicarai oleh Dr. Suwarjo M.Si selaku Wakil Dekan III FIP UNY. Dalam acara ini juga menampilkan seni tari Gambyong Parianom dan Puspa Sekar yang ditarikan oleh pemudi-pemudi desa Joho.

Keterbatasan biaya hendaknya tidak menjadi alasan untuk berhenti menempuh pendidikan. Biaya memang penting, tetapi bukan penentu kesuksesan. Yang paling penting adalah semangat dan kemauan. Inilah yang dinyatakan oleh Dr. Suwarjo, M.Si.

Salah seorang mahasiswi penerima Bidik Misi dari jurusan Bimbingan Konseling, bernama Wahyi Dwi Ulfa, diberi kesempatan untuk menceritakan pengalamannya dalam usaha untuk melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi. Dia berasal dari keluarga tidak mampu yang tinggal di daerah Banyuwangi, Jawa Timur. Berasal dari keluarga yang kurang harmonis tidak menyulutkan semangatnya untuk melanjutkan pendidikan. Hal ini justru membuatnya bekerja keras dengan usahanya sendiri tanpa mengharapkan apapun dari kedua orang tuanya. Seperti itulah yang diungkapkan mahasiswi berkerudung ini.