MERESE “MEDIA REPRODUKSI SEHAT” BAGI SISWA SD

Budaya masyarakat Indonesia memandang pendidikan seksual sebagai suatu hal yang tabu di ajarkan pada usia anak. Selanjutnya, pandangan tabu ini berpengaruh pada sikap orang tua yang cenderung tidak terbuka kepada anak saat menjelaskan hal terkait reproduksi. Akibatnya, anak tumbuh dengan kebingungan sehingga berpotensi mencari tahu informasi terkait reproduksi melalui media sosial dan internet yang cenderung mengarah ke pornografi. Sikap orang tua terhadap pendidikan seksual juga berpengaruh terhadap kelangsungan pendidikan seksual di sekolah. Hal ini dikarenakan orang tua merupakan salah satu komponen pendukung proses pendidikan. Fakta ini mengharuskan adanya kesamaan persepsi antar sekolah dan orang tua terkait pendididikan seksual. Kondisi ini salah satunya tercermin dalam penggunaan media pendidikan seksual yang tidak hanya dapat digunakan guru di sekolah, namun juga dapat digunakan sebagai media parenting untuk orang tua siswa.

Oleh karena itu, Naning Pratiwi, mahasiswa PGSD FIP UNY mengembangkan sebuah media pembelajaran khusus pengenalan kesehatan reproduksi yang menarik dan sesuai dengan perkembangan anak dengan judul MERESE (Media Reproduksi Sehat) yang merupakan media pembelajaran interaktif dalam pengenalan kesehatan reproduksi untuk siswa Sekolah Dasar. Menurutnya media pembelajaran ini dapat mempermudah guru dalam mengajarkan kesehatan reproduksi kepada siswa sekolah dasar. “Selain itu, media pembelajaran yang dirancang menarik dan menyenangkan dapat membantu menarik perhatian siswa untuk belajar kesehatan reproduksi” papar gadis kelahiran Karang Tengah 6 Mei 1995 tersebut. Media ini diharapkan dapat menjadi media perantara pendidikan reproduksi untuk orang tua kepada anak sehingga pendidikan kesehatan reproduksi tidak lagi dianggap tabu. Media ini juga diharapkan dapat membantu upaya pencegahan masalah terkait reproduksi yang berpotensi timbul saat anak dewasa, seperti kanker serviks, kanker prostat, kehamilan dini, aborsi dan lain-lain.

MERESE merupakan media pembelajaran interaktif yang digunakan untuk mengenalkan pentingnya mengetahui dan menjaga kesehatan reproduksi. Sasaran dari media ini adalah siswa kelas VI sekolah dasar dengan alasan materi pengenalan kesehatan reproduksi terdapat dalam kurikulum pemebelajaran IPA kelas VI. Media ini merupakan media berbantukan komputer yang mengkombinasikan tutorial dan permainan sehingga memungkinkan pembelajaran lebih interaktif. Materi yang terdapat dalam media pembelajaran in terdiri dari tahap pertumbuhan manusia, ciri perkembangan fisik manusia, alat reproduksi manusia, dan penyakit terkait reproduksi dan cara pencegahanya. Adapun perancangan yang dilakukan dalam pembuatan MERESE terdiri dari perancangan fungsi, skenario dan storyboard.

Karya ilmiah tentang Merese ini mengantarkan Naning Pratiwi meraih peringkat pertama mahasiswa berprestasi tingkat Fakultas Ilmu Pendidikan tahun 2016. Gadis penerima beasiswa bidikmisi tersebut mengaku prihatin dengan perkembangan anak yang lebih cepat dari usianya karena pengaruh eksternal. “Oleh karena itu saya buat karya ilmiah ini sekaligus untuk melindungi anak dari kejahatan seksual” ungkapnya. Putri sulung pasangan Luarno dan Dasiyem yang berprofesi sebagai petani tersebut, menggunakan media Adobe Flash dalam MERESE hingga dapat menarik perhatian anak. Alumni SMAN 1 Belitang, Kabupaten Ogan Komering Ulu, Sumatera Selatan tersebut juga pernah sit-in di Aichi University of Education Jepang karena mendapat JASSO Scholarship selama satu tahun. Aktivis UKM Penelitian UNY tersebut berpesan agar jangan minder pada kekurangan karena keadaan itu dapat dijadikan sebagai tantangan. “Apa yang kita punya sekarang bukanlah karena kerja keras semata, namun juga karena doa dari orang tua, guru bahkan teman kita” tutup Naning. (Dedy)