Seminar Evaluasi Pendidikan Indonesia

Sabtu (26/10) Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP) Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) menggelar Seminar Nasional Pendidikan. Bertajuk "Indonesia Kini dan Nanti: Meninjau dan Meneropong Kebijakan Pendidikan", acara seminar nasional tersebut digelar di Abdullah Sigit Hall FIP UNY dan dibuka langsung oleh Dekan FIP UNY, Dr. Haryanto, M.Pd. Dalam sambutannya Dr. Haryanto berharap acara seminr tersebut dapat berguna bagi pendidikan Indonesia kedepannya.

Hadir sebagai pembicara adalah Prof. Dr. H.A.R Tilaar dan Drs. Sumarno, MA, Ph.d.. Dalam pemaparan materinya, Prof. H.A.R Tilaar lebih banyak menyoroti masalah globalisasi yang semakin booming disetiap negara, termasuk Indonesia yang terseret arus globalisasi namun banyak melupakan kekayaan budaya sendiri. Menurut Prof. H.A.R Tilaar, Indonesia kini miskin secara ekonomi dan miskin secara intelektual, padahal Indonesia merupakan negara dengan sumber daya alam dan sumber daya manusia yang melimpah. Kemiskinan intelektual yang dimaksud oleh Prof. H.A.R Tilaar adalah masih sangat minimnya penelitian mengenai anak Indonesia, kebanyakan bahan kajian pustaka di Indonesia merupakan hasil penelitian kaum barat dengan subjek kaum barat. Hal tersebut membuat pendidikan Indonesia tidak cocok jika mengikuti pola pendidikan. "Kalau anda memiliki kebudayaan yang uat maka anda dapat memilih globalisasi, kalau tidak akan hanyut oleh globalisasi," ungkap Prof. H.A.R Tilaar.

Dalam seminar tersebut pula, Prof. H.A.R Tilaar mengkritik habis Kurikulum 2013 yang dikeluarkan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayan Indonesia. Menurutnya Kurikulum 2013 tersebut telah pernah dipakai oleh sekolah-sekolah Belanda saat zaman penjajahan, tepatnya di Kota Bandung. Begitu pula mengenai Ujian Nasional yang menurutnya sangat membatasi kreatifitas anak, padahal untuk menciptakan negara yang maju harus banyak orang yang kreatif. "Kita punya konsep Ki Hajar Dewantara yang lebih hebat dari konsep Jean Piaget dan Paulo Freire, namun anak muda tidak memperkenalkannya pada dunia," ungkap Prof. H.A.R Tilaar.

Pembicara kedua dalam seminar tersebut, Drs. Sumarno lebih banyak memaparkan materi mengenai kontribusi pembangunan pendidikan terhadap peradaban. Menurut Drs. Sumarno, kebijakan yang dibuat oleh pemerintah dibuat untuk mendukung kebijakan yang lainnya. Hal tersebut menurut Sumarno merupakan tugas LPTK (Lembaga Pendidik Tenaga Kependidikan,red)."Sejak dahulu pendidikan Indonesia dianggap terlalu kognitif tetapi tidak selesai sampai sekarang," jelas Sumarno.

Sumarno menambahkan terkadang kita lupa fungsi pendidikan Indonesia, yaitu untuk mencerdaskan bangsa, bukan hanya individu. Berbeda dengan Prof. H.A.R Tilaar yang menentang keras Ujian Nasional, Drs. Sumarno lebih menyarankan jika sebelum menggelar Ujian Nasional, para pemangku kebijakan terlebih dahulu meningkatkan mutu pendidikan, bukan hanya meningkatkan mutu pengujian saja.

Acara yang dimoderatori oleh Ariefa Efianingrum, M.Si. tersebut ditutup dengan diskusi dan berakhir pada pukul 12:15. Dalam kalimat penutupnya, Prof. H.A.R Tilaar mengajak agar peserta seminar untuk memiliki kebudayaan yang kuat, sedangkan Drs. Sumarno, MA, Ph.d mengatakan agar peserta seminar bersyukur bisa mendengar pemaparan langsung dari Prof. H.A.R Tilaar.(akbr/ant)