UNY TUAN RUMAH TEMU KOLEGIAL KELUARGA BESAR PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH

Program Studi Pendidikan Luar Sekolah, Universitas Negeri Yogyakarta (PLS UNY) bekerjasama Ikatan Akademisi Pendidik pendidikan NonFormal Indonesia (IKAPENFI) menyelenggarakan Temu Kolegial, pada Jumat (23/3) di Gedung Digital Library UNY.

Rektor UNY, Sutrisna Wibawa dalam sambutan pembukaannya mengatakan bahwa perkembangan pendidikan luar biasa cepat , revolusi industri 4.0 era disrupsi telah mengubah tatanan dunia, sehingga orang tidak lagi berpikir linier tetapi tidak simetris dan sulit dideskripsikan, kita sebagai pengembang di perguruan tinggi kalau tidak melihat perkembangan yang terjadi ini kita akan tersingkir. “Seperti Gedung Digital Library yang ditempati untuk acara ini merupakan untuk menjawab era disrupsi atau menjawab era industri 4.0, karena dengan gedung ini kita berkomunikasi atau mengadakan kegiatan dengan menghadirkan pembicara dari diseluruh dunia melalui gedung digital libray ini bisa memfasilitasi”, kata Sutrisna.

Ditambahkan oleh Sutrisna, secara georafis indonesia, malaysia, thailand, singapura, australia, dan lain-lain memang berbeda tempat, tetapi secara informasi kita bisa menjelajah ke negara-negara lain. “Apalagi bapak dan ibu bidang kajiannya pendidikan luar sekolah, dimana kajiannya pendidikan seumur hidup, berbeda dengan pendidikan formal yang diikat oleh satu struktur seperti kurikulum, aturan-aturan yang melekat”, tambah Sutrisna.

Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan UNY, Haryanto sambutannya mengatakan bahwa perkembangan revolusi industri 4.0 akan berpengaruh pada bagaimana kita berperan dan berfungsi mendidik generasi bangsa, terutama dalam perspektif pendidikan nonformal, sehingga diharapkan peran bapak/ibu dari 22 perguruan tinggi yang mengajar pendidikan luar sekolah di Indonesia bisa dirasakan, “selamat bertemu dengan kolegial dan semoga dengan pertemuan ini juga mendapatkan kesepakatan bidang pendidikan non formal di Indonesia”, tambah Haryanto.

Salah satu pembicara dalam acara temu kolegial, yaitu Dirjen PAUD Dikmas Kemdikbud, Harris Iskandar, yang memberikan materi tentang Peran Pendidikan Nonformal di Era Revolusi 4.0, dalam paparannya mengatakan bahwa , dalam undang-undang Sisdiknas sudah jelas menganut pendidikan formal, nonformal dan informal dimana tertulis dan dijelaskan tidak ada sekatnya, tetapi dalam prakteknya komunitas nonformal dan formal dianggap lain dan berjalan sendiri-sendiri, “sehingga menjadi tantangan bagi kita untuk meleburkannya karena kita punya dasar sesuai aturan dalam undang-undang tersebut”, tambah Harris.

Ditambahkan oleh Harris, seringkali kita dilupakan oleh DPR, Kepala Dinas, dan stakeholder lainnya, seperti pernah terjadi dalam penyerahan katu indonesia pintar (KIP) oleh Bapak Presiden RI di daerah-daerah dan data-data yang diserahkan hanya data dari SD, SMP, SMA dan SMK, begitu ditanyakan mana data pendidikan kesetaraannya dan setelah ditunjukan data dari kita mereka bari mencari orang-orangnya. “Dari kejadian pembagian KIP ini, ada hikmahnya sehingga dinas pendidikan menjadi lebih peduli, begitu juga dengan istana mereka baru tahu istilah Paket A, Paket B dan Paket C,” kata Harris.

Harris juga menjelaskan sejarah perkembangan lembaga pendidikan non formal dibawah Kemdikbud, mulai nama Direktorat Jenderal Pendidikan Masyarakat (1945-1979), Direktorat Jenderal Pendidikan Luar Sekolah (1980-2007), Direktorat Jenderal Pendidikan NonFormal dan Informal (2007-2011), Direktorat PAUDNI (2012-2014), dan sekarang Direktorat Jenderal PAUD Dikmas (2015 s.d sekarang).

Selain itu hadir sebagai narasumber Guru Besar PLS UNY, Yoyon Suyono (Urgensi Aktualisasi Kurikulum Program Studi PLS), Guru Besar PLS UNESA, Yatim Riyanto, (Esensi Nonformal Education), Gubes PLS Universitas Negeri Malang, M.Saleh Marzuki (Comunity Education, Pendidikan Masyarakat dan Pendidikan Nonformal dalam Perspektif Nomenklatur) dan Kasubdit Pendidikan Kesetaraan dan Pendidikan Berkelanjutan, Ditjen PAUD Dikmas, Samto (Tantangan Pendidikan Anak Usia Dini dan Pendidikan Masyarakat). (Arif)