Webminar BK: Perspektif Postmodern dalam Layanan Konseling

Jurusan PPB FIP UNY Bersama Prodi Bimbingan Konseling FKIP Universitas Muhammadiyah Magelang menyelenggarakan Webminar dengan Tema Perspektif Postmodern dalam Layanan Konseling, Kamis, 28 Januari 2021, secara daring via Zoom Meeting dan live streaming di channel FIP UNY Official.

Selaku narasumber adalah Bapak Dr. Sigit Sanyata, M.Pd. Beliau juga menjabat sebagai Ketua Prodi Bimbingan dan Konseling FIP UNY. Dalam paparanya, Sigit menyampaikan terkait dengan tema webminar yaitu “Perspektif Postmodern dalam Layanan Konseling. Mengawali paparanya, Sigit menyampaikan beberapa istilah terkait dengan pendekatan postmodern dalam konseling, yaitu modern approach, postmodern approach dan contemporer approach. “Beberapa pendekatan modern approach yaitu tahap analityc, di dalamnya ada psycoanalityc, Adlerian, Jungian. Kedua Experiential & relationship oreiented meliputi existential, PCT, Gestalt. Ketiga Action, termasuk didalamnya Reality/choice Theory, behavior, cognitive, dan REBT. Keempat System Perspective termasuk feminist dan family”, jelasnya.

Terkait dengan pendekatan postmodern, Sigit menekankan bahwa perubahan pergeseran paradigma dari modern ke postmodern tentunya tidak terlepas dari cara berpikir atau ke isu filosofis yang melatarbelakangi .”Artinya kalau di pendekatan modern semua prosesnya berbasis saintifik , fokus pada realitas ,pada kebenaran , bahwa kebenaran realitas itu dapat diobservasi, dapat diubah, sehingga fokus ke dalam solusi. Pendekatan di Post modern itu biasanya akan mendiskusikan tentang problematika apa yang di alami dan bagaimana problematika itu dapat muncul, sehingga baru dapat ditentukan apa alternatif untuk mengatasi problem itu”, paparnya.

Sementara ini agak berbeda dengan pendekatan di post modern, postmodern kita akan mengenal paling dua istilah atau dua hal yang sering digunakan tetapi yang sering sekali banyak soluiton focused daripada narrative, walaupun memang baik solustion focused dan narrative terapi itu sama-sama berada di kelompok postmodern. Apa saja yang bisa kita temukan dari postmodern itu ini. “Jadi sejak awal kita perlu memahami bahwa pendekatan konseling dan psikoterapi itu targetnya adalah untuk memberi jaminan efektivitas dan bukan bertujuan untuk mengklaim bahwa pendekatan yang satu lebih baik pendekatan yang lain. Nah jaminan efektivitas inilah yang kemudian membuat seseorang itu memilih teori tertentu. Teori kalau kita gunakan itu maka sering kita sebut dengan pendekatan. Artinya seperti person center itu kita gunakan hanya sekedar untuk mendekati problematika yang dialami oleh para konseli untuk mengatasi problem’, terang Sigit.

Sigit menambahkan brief therapy itu penyelesaian problem memang mengandalkan pada potensi dan kekuatannya dengan difasilitasi secara profesional oleh konselor. Latar belakang perkembangan konseling singkat berfokus solusi (solution focused brief counceling) dipengaruhi pandangan terhadap realitas. Pada pendekatan konseling modern, realitas merupakan aspek yang dapat diobservasi secara sistematis melalui metode ilmiah. Berbeda dengan pendekatan konseling modern, pada pendekatan postmodern konsep realitas dianggap tidak mudah untuk dioberservasi. Konstruksionisme social (social constructionism) sebagai landasan filosofi pada pendekatan postmodern, mengganggap realitas sebagai hasil konstruksi sosial. “Perkembangan strategi konseling dan psikoterapi dari fokus problem (problem focused) bergeser ke fokus solusi (solution focused). Pendekatan berfokus pada solusi lebih dikenal dengan istilah terapi singkat berfokus solusi (solution focused brief therapy (SFBT). Para praktisnya menggunakan istilah solution focused group work untuk konseling kelompok. Brief solution focused counceling untuk menyebut konseling berfokus pda solusi”, tambah Sigit.

Webminar perspektif postmodern dalam layanan konseling ini, lebih jelas dan lengkapnya bisa disimak di channel FIP UNY Official, di link https://www.youtube.com/watch?v=KtoQp6_G57Q (rit)