Dwi Siswoyo: Indonesia punya Pancasila

Minggu (29/09) Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP) Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) kedatangan tamu mahasiswa dari Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Purwokerto. Kedatangan 350 mahasiswa STAIN Purwokerto ini disambut langsung oleh Ketua BEM FIP, Isna Hidayat dan pendamping mahasiswa Unik Ambarwati, M.Pd di Ruang Abdullah Sigit FIP UNY.

Maksud kedatangan mahasiswa STAIN Purwokerto tersebut adalah untuk melakukan silaturahmi sekaligus bertukar wawasan mengenai perkembangan pendidikan secara umum dan pendidikan islam. Acara dikemas dengan diskusi yang menghadirkan Rohmat dari STAIN Purwokerto dan Dr. Dwi Siswoyo dari Jurusan Filsafat dan Sosiologi Pendidikan.

Dalam pemaparannya, Rohmat menyebutkan jika saat ini pendidikan islam mengalami kemunduran karena beberapa faktor, diantaranya adalahkurangnya respon pengembangan dari pihak terkait fan pembaharuan pendidikan islam yang hanya dilakukan secara sebagian saja atau tidak menyeluruh.

Sedangkan Dr. Dwi Siswoyo dalam pemamparannya yang berjudul "Menilik Perkembangan Pendidikan Indonesia" menyebutkan jika saat ini ada banyak penyebab pendidikan Indonesia belum bisa berkembang secara maksimal, diantaranya adalah karena degradasi moral dan kedisiplinan. Dwi Siswoyo menambahkan, seharusnya Indonesia tidak perlu mencontoh pola pendidikan dunia barat, karena Indonesia sudah mempunya Pancasila yang bisa menjadi pola pendidikan Indonesia yang mencangkup lima aspek sekaligus, yakni religius, humanis, nasionalis, demokratis, dan keadilan. "Bukan salah dunia barat, namun sejauh mana kita mengadopsi budaya nilai barat tersebut," ungkap Dwi Siswoyo mengutip pernyataan H.A.R Tilaar, salah satu pakar pendidikan Indonesia.

Mengenai pendidikan karakter yang kerap didengungkan pada akhir-akhir ini, Dwi Siswoyo menegaskan jika pendidikan karakter sudah lama dicanangkan oleh pemimpin Indonesia sejak zaman dahulu, yakni zaman Sukarno-Hatta. Menurut Dwi Siswoyo, pendidikan di Indonesia mempunya dua tujuan layaknya dua sisi mata uang. Disatu sisi bertujuan untuk mengasah keahlian, namun disatu sisi lain sebagai pembentuk karakter. "Saya beritahukan rumus mendidik, yaitu perilaku lebih dituruti oleh peserta didik dibandingkan dengan apa yang dikatakan oleh pendidik," tutup Dwi Siswoyo. (aw/ant)