Seminar Nasional Bimbingan Konseling

Karakter manusia dibentuk melalui suatu proses pendidikan yang panjang dan kompleks. Keluarga, sekolah, masyarakat adalah pendidikan semesta yang merupakan tempat dibentuknya pendidikan karakter. Menanamkan karakter memerlukan pelatihan dan pembiasaan, keteladanan dan pengkondisian, mengajar dengan sepenuh hati serta harus masuk dalam kalbu dan jiwa setiap orang.

Demikian dikatakan Prof. Furqon, MA., Ph.D Guru Besar Bimbingan dan Konseling UPI Bandung dalam Seminar Nasional dan Temu Kolegial Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan (BK) se-Indonesia di Ruang Sidang Utama Rektorat UNY, Sabtu, 26 April 2014. Lebih lanjut Kepala Balitbang Kemendikbud RI tersebut mengatakan bahwa membangun karakter di dunia pendidikan bukan sekedar sebuah sistim nilai karena membangun karakter tidak dapat didelegasikan.

“Pendidikan karakter dimulai dari pimpinan dan harus dapat menyentuh pada diri tiap orang dalam institusi,” kata Prof. Furqon, MA., Ph.D. Menurutnya, peran bimbingan dan konseling dalam pendidikan karakter adalah mengembangkan lingkungan sekolah yang kondusif, meningkatkan komunikasi dengan orang tua, dan peningkatan parenting knowledge and skills serta menyelenggarakan layanan bimbingan konseling untuk pengembangan kemampuan berpikir positif dan soft skills.

Seminar bertema “Peran Bimbingan dan Konseling dalam Penyiapan Karakter Bangsa Menuju Generasi Emas 2045” dilaksanakan dalam rangka dies natalis ke-50 UNY. Seminar dibuka oleh Rektor UNY Prof. Dr. Rochmat Wahab, M.Pd., M.A. dan diikuti oleh lebih dari 300 orang mahasiswa dan guru bimbingan konseling, dosen, dan pengurus cabang asosiasi bimbingan konseling Indonesia cabang DIY, serta pemerhati dan pakar pendidikan bimbingan dan konseling. Menurut Dekan FIP Dr. Haryanto, tujuan kegiatan ini adalah terbentuknya paradigma baru layanan bimbingan dan konseling yang responsif terhadap dinamika perubahan kependudukan dan akomodatif terhadap upaya mempersiapkan karakter generasi muda Indonesia di masa depan.

Dalam makalahnya, Prof. Dr. Rochmat Wahab, M.Pd., MA mengatakan bahwa kecenderungan konseling masa depan yaitu berkonsepsi self mencakup kekuatan interpersonal, sistemik dan sosiokultural. Sementara problem psikologis dipandang dari perspektif fenomenologis dan proses lebih ditekankan daripada isi. “Kecenderungan posmoderen, hubungan konseling bersifat kolaboratif,” kata Prof. Dr. Rochmat Wahab, M.Pd., M.A. “Sedangkan orientasi layanan bimbingan konseling ke depan adalah pembinaan dan pengembangan sosial pribadi, akademik, dan karir.”

Pembicara Prof. Suminto A. Sayuti menyatakan sebagai bangsa yang bhinneka, Indonesia memiliki dua sistem budaya yaitu budaya nasional Indonesia dan budaya etnik lokal. Nilai budaya yang ada pada sistem budaya nasional tersebut lebih bersifat terbuka menyongsong masa depan sedangkan budaya etnik lokal pada dasarnya dapat dipandang sebagai landasan bagi pembentukan jatidiri bangsa secara nasional. “Kearifan lokal semacam inilah yang kemudian ditampilkan dalam perikehidupan lintasbudaya” kata Prof. Suminto A. Sayuti. Guru besar FBS UNY tersebut mengatakan bahwa ibarat sebuah rumah, pembelajaran bidang tertentu mengetuk pintu depan sedangkan bimbingan konseling mengetuk pintu belakang. (dedy)