ISU SDGs DALAM PERKULIAHAN KEBIJAKAN GURU DAN PEMBELAJARAN

Isu-isu SDGs telah menjadi perhatian bersama di berbagai negara termasuk di Indonesia. Demikian pula, isu-isu SDGs menjadi bagian penting dalam berbagai kajian akademik dalam perkuliahan di perguruang tinggi Indonesia. Salah satu isu penting SDGs yang dibahas di dalam perkuliahan Kebijakan Guru dan Pembelajaran pada Program Magister Kebijakan Pendidikan FIPP UNY adalah Pendidikan Berkualitas.

Mata kuliah Kebijakan Guru dan Pembelajaran membahas kebijakan profesi guru/pendidik, komparasi kebijakan guru di berbagai negara maju dan berkembang dibandingkan dengan kebijakan guru di Indonesia, kebijakan kurikulum di Indonesia, kebijakan pendidikan jarak jauh, kebijakan hybrid learning, dan kebijakan assesmen pembelajaran. Perkuliahan dilaksanakan secara teori dan praktik lapangan.

Isu pendidikan berkualitas telah diangkat dalam diskusi kelas adalah tentang kebijakan peningkatan kompetensi guru professional di berbagai negara, termasuk Indonesia. Pendidikan berkualitas dipengaruhi oleh banyak factor, tetapi tidak dapat disangkal faktor yang sangat menentukan adalah guru yang berkualitas. Kualitas guru telah menjadi isu sentral reformasi pendidikan di seluruh dunia sejak awal abad ke-21. Di seluruh dunia, telah terjadi kekhawatiran yang meningkat menyangkut masalah kualitas dalam sistem pendidikan di negara-negara berkembang. “Jika Indonesia ingin mengikuti tren global ini, Indonesia harus secara aktif berkampanye untuk meningkatkan kualitas guru-gurunya. Sebab, kinerja siswa Indonesia yang buruk dikaitkan dengan kekurangan umum para gurunya“, demikian pernyataan Prof. Dr. Fasli Jalal, Wakil Mendiknas, 2009).

Dilakukan analisis perbandingan dengan kebijakan peningkatan kompetensi guru di berbagai negara maju seperti di Finlandia dan negara berkembang seperti di Mozambique. Di dalam diskusi tersebut telah dibahas pernyataan dan hasil penelitian para ahli pendidikan (Chetty, Friedman, & Rockoff, 2011; Nye, Konstantopoulos, & Hedges, 2004; Sanders &; Rivers, 1996) yang mempublikasikan temuan yang menunjukkan bahwa guru telah membuat perbedaan signifikan dalam meningkatkan prestasi akademik siswa. Pada saat yang sama, Melinda Gates Foundation menghasilkan banyak laporan bahwa advokasi kualitas guru harus menjadi fokus utama dalam peningkatan kualitas sistem pendidikan (Paine & Zeichner, 2012). Kutipan terkenal dari laporan McKinsey 2007 "Kualitas sistem pendidikan tidak dapat melebihi kualitas gurunya" (Barber &; Mourshed, 2007) telah digunakan sebagai mantra dalam banyak dokumen reformasi pendidikan resmi di banyak negara (Paine &; Zeichner, 2012). Semua tindakan dari ‘aktor-aktor’ yang berbeda ini telah berkontribusi dalam membingkai narasi bahwa guru sangat penting dalam menentukan kualitas pendidikan.

Ada dua teori utama yang digunakan untuk membahas pendidikan berkualitas. Rappleye (2012) menjelaskan yang pertama disebut Teori Budaya Dunia (juga disebut sebagai pendekatan Neoinstitusionalis) dengan argumen intinya bahwa "semua budaya perlahan-lahan berintegrasi ke dalam satu budaya global“. Menurut perspektif ini, negara-negara di seluruh dunia ingin menampilkan diri mereka sebagai negara "modern"; Oleh karena itu, mereka mengadopsi tujuan, proyek, dan komitmen pembangunan nasional yang serupa. Semua melihat pendidikan sebagai solusi untuk tantangan pembangunan mereka (Meyer &; Ramirez, 2000).

Kedua, adalah Teori Sistem. Para pendukung Teori Sistem berpendapat bahwa konvergensi global, jika ada, hanya terjadi pada tingkat wacana. Menurut para sarjana teori ini, jika perhatian yang cermat diberikan pada kontinuitas, konteks, dan agensi, bukan konvergensi yang terjadi, melainkan “kisah paksaan” yang dikaburkan oleh 'bias Dunia Pertama' yang melekat dalam visi kemajuan global saat ini" (Rappleye, 2012, hlm. 26). Rappleye menambahkan bahwa Teori Sistem menunjukkan lebih banyak minat pada variasi kontekstual daripada memaksakan perkembangan global yang menggunakan wacana Barat yang dominan. Dengan demikian, wacana pendidikan berkualitas dalam konteks perkuliahan Kebijakan Guru dan Pembelajaran memberikan wawasan yang lebih luas kepada para mahasiswa akan arti penting pendidikan berkualitas dan problem kontkestual yang dihadapi oleh berbagai negara terutama negara berkembang. (Rukiyati)