Mata Kuliah Pendidikan Positif dan Pencapaian SDG’s (Sustainable Development Goals) di bidang Pendidikan

Tujuan Pembangunan Berkelanjutan di sektor Pendidikan adalah memastikan agar semua orang mendapatkan akses pendidikan berkualitas dan mendapatkan kesempatan belajar sepanjang hayat. Salahsatu fokusnya adalah memberikan akses lebih luas dan adil kepada seluruh individu untuk mendapatkan pendidikan berkualitas di seluruh tingkatan sehingga memberi manfaat dan berkontribusi secara optimal kepada masyarakat. Salah satu indikator pendidikan berkualitas menurut UNESCO adalah kualitas dalam proses dan capaian hasilnya.

Pendidikan positif sebagai mata kuliah wajib di Prodi S2 Psikologi FIPP UNY menyajikan konsep yang dipengaruhi paradigma psikologi positif untuk mendorong eksplorasi fungsi manusia yang optimal di konteks pendidikan. Paradigma psikologi positif berupaya menggali dan mengembangkan karakter yang merupakan sisi kekuatan manusia sehingga menghantarkan individu pada kebahagiaan yang murni (authentic happiness) dan mampu berfungsi secara optimal dalam kehidupan (Seligman, 2002). Pendidikan positif menggabungkan konsep psikologi positif dengan praktik dan paradigma pendidikan yang dipandang paling tepat untuk mengoptimalkan potensi peserta didik di sekolah sehingga dapat dicapai kesejahteraan psikologis siswa, staf dan seluruh individu yang ada di sekolah secara optimal.(Norrish, Williams, & Connor, 2013).

Dikaitkan dengan upaya untuk memberikan Pendidikan yang berkualitas dari sisi proses dan hasilnya berdasarkan sasaran SDG’s (Sustainable Development Goals) di sektor pendidikan, mata kuliah Pendidikan Positif memberi kontribusi yang bermakna untuk capaian ini. Hal ini disebabkan karena mata kuliah ini memberikan wawasan teoritik maupun praktis untuk menciptakan atmosfer akademik, proses, maupun hasil yang menjadikan seluruh stakeholder di sekolah tidak hanya mendapatkan pengetahuan atau berperan dalam tugas utama di sekolah sesuai tupoksinya, namun juga merasakan kebahagiaan dan kebermaknaan dalam proses pencapaiannya. Adapun cara yang dilakukan mengacu pada penerapan konsep PERMA di sekolah yang menurut Seligman (2011) mencakup lima elemen, meliputi: 1) Positive Emotions (emosi positif), yaitu membangun emosi yang optimis dan positif, 2) Engagement (keterlibatan), yaitu membangun keterlibatan sepenuhnya pada aktivitas yang menantang dengan menggunakan keterampilan yang dimiliki. 3) Relationship (hubungan), yaitu menjalin hubungan dengan orang lain secara berkualitas, 4) Meaning, yaitu memaknai pengalaman dalam konteks yang lebih besar dari dirinya, dan 5) Achievement atau accomplishment (prestasi), yaitu menghasilkan capaian sehingga menimbulkan perasaan berharga. Melalui penerapan model PERMA di sekolah ini, diharapkan kesehatan mental positif di kalangan siswa dan guru dapat meningkat sehingga pada akhirnya meningkat pula kesejahteraan dan kebahagiaannya (Moore, 2020). Muara dari semua proses yang dilakukan adalah tercapainya pendidikan berkualitas di seluruh tingkatan sehingga memberi manfaat dan berkontribusi secara optimal kepada Masyarakat seperti yang tertuang dalam salah satu capaian dalam SDG’s (Sustainable Development Goals) di sektor Pendidikan.