Pelatihan Tembang Macapat, Geguritan, dan Langen Carita untuk Pendidik Desa Binaan FIP UNY

Agenda kegiatan "Mbangun Desa" FIP UNY 2022 masuk pada agenda ke hari ketiga, Sabtu, 26 Maret 2022.  Acara dibuka oleh Nur Cahya Ningrum selaku MC pada kegiatan pelatihan kali ini. Sambutan pertama oleh Ibu Carik yang mewakili bapak Lurah Desa Giripurwo. Ibu Carik mengucapkan selamat datang kepada narasumber. Acara berikutnya acara inti, pada materi pelatihan kali ini di moderatori oleh Bapak Dr. Joko Pamungkas, M.Pd.

Materi pertama di sampaikan oleh Bapak Slamet Nugroho Dwija Disastra, M.Pd., dengan materi tembang macapat dan geguritan. Dengan tembang macapat dan geguritan akan membuat anak ketika dewasa akan menjadi manusia-manusia yang bijaksana. Di kehidupan berikutnya ketika anak menapaki usia remaja akan bisa. Bapak slamet menjelaskan materi pertama geguritan, geguritan fokus pada ekpresi wajah, vokal, dan intonasi. Ketika membaca geguritan harus memperhatikan, olah vocal, olah wirama, olah sukma, olah mimik, olah pantomimik. Gerak ketika membaca geguritan boleh bergeser namun hanya 1 langkah. Materi dilanjutkan dengan tembang macapat, macapat memiliki makna maca lan pat, artinya membaca yang ke empat. Guru gatra aturan jumlah larik di setiap bait, guru wilangan jumlah suku kata dalam setiap bari, guru lagu merupakan persajakan vokal terakhir bait. Macapat itu jarak harus tetap sama. Nembang macapat tidak bisa untuk orang yang mempunyai gangguan wicara. Ketika lomba macapat tidak boleh berhenti di tengah-tengah kata.

Materi kedua disampaikan oleh Dr. Kuswarsantyo, M.Hum. dengan materi langen carita. Dalam rangka melestarikan dan mengembangkan potensi kebudayaan serta mensosialisasi tata nilai budaya melalui seni pertunjukan sesuia dengan Undang-Undang No 5 Tahun 2017. Langen carita karya dari Ki Hadi Sukatno untuk anak-anak usia 10-14 tahun. Tingkat kesulitan langet carita lebih sulit untuk anak-anak karena harus menguasai 3 hal yaitu peran, gerak, tembang sederhana. Dominasi langen carita adalah tembang, titi laras sama dengan gamelan. Gerak tidak terlalu dominan tetapi sangat menentukan ekspresi. Kostum langen carita fleksibel bisa simbolik, namun juga dapat realis, artinya kostum itu bagian dari darfi untuk mengekspresikan tokoh. Kostum harus disesuaikan tidak harus mahal dan glamor tetapi bisa sesuai dengan cerita. Langen carita seluruhnya menggunakan bahasa jawa sebagai dialognya. Struktur naskeh ada beberapa aspek yang perlu dipertimbangkan yaitu tema, tema disesuaikan oleh kearifan lokal tidak harus mengambil tema yang sulit, selanjutnya plot, penokohan yaitu karakter yang menjadi penggerak jalan cerita. Dalam langen carita nilai pendidikannya itu terdapat religius, toleransi, disiplin, kreatif, bertanggungjawab, kepemimpinan, percaya diri, pantang menyerah, dan lain-lain.

Acara dilanjutkan tanya jawab, pertanyaan pertama oleh ibu pengurus kalurahan budaya, bagaimana cara casting mana yang harus dipilih suara yang bagus atau bentuk badan yang bagus, pada langen carita ini mana yang harus dipilih terlebih dahulu. Pertanyaan kedua oleh bapak berharap ada lanjutan untuk lebih memahami mengenai tembang. Pertanyaan pertama dijawab oleh bapak Dr Kuswarsantyo, untuk memilih tokoh walaupun fisiknya kecil tetapi bisa melakonkan tokoh dengan baik itu tidak masalah. Pertanyaan kedua ditanggapi oleh bapak slamet, bahwa semua orang itu bisa nembang kecuali orang yang bisu. Sesi tanya jawab di tutup oleh moderator sekaligus dengan menutup acara.(laskar bka fip uny)