Eksplorasi Identitas Karir Dalam Optimalisasi Kurikulum Prototipe

Kurikulum prototype merupakan bukan hal yang baru di dunia. Perkembangan dunia harus diikuti, sehingga kurikulum prototype mengikuti pergeseran paradigma kehidupan. Kurikulum prototipe ini menfasilitasi kebebasan dalam belajar, sesuai dengan kebutuhan siswa, sesuai dengan apa yang diinginkan, minat atau yang merasa siswa mampu. Kurikulum prototipe ini sangat bagus untuk mewujudkan sumber daya manusia yang daya saing tinggi karena siswa itu tidak dituntut untuk mempelajari suatu hal-hal yang banyak, tetapi hanya dangkal. Kurikulum ini memberikan fasilitas kepada siswa itu mempelajari suatu itu yang sesuai dengan kemampuan dan minatnya. Demikian pengantar yang disampaikan oleh Muya Barida, M.Pd., selaku salah satu narasumber dari Bincang Pendidikan dengan Topik Eksplorasi Identitas Karir dalam Optimalisasi Kurikulum Prototipe yang diselenggarakan oleh Prodi Kebijakan Pendidkkan FIP UNY, Selasa (10/5).

Lebih lanjut, Kebebasan menentukan minat dan keinginan siswa dalam belajar ini baik untuk siswa, namun bagi siswa yang mengalami kebingungan dalam menentukan peminatan dikarenakan kurangnya pemahaman, stimulus, pergaulan, belajar, maka diperlukan pemahaman terkait dengan identitas karir. Muya menjelaskan bahwa karir itu merupakan kombinasi dan urutan peran yang dimainkan oleh seseorang selama hidupnya. “Dalam teori Super dengan konsepnya Life Span Development: The Career Rainbow dijelaskan bahwa ada 4 tahapan karir yaitu, tahap umur 0-14 tahun pada tahap growth (pertumbuhan), pada tahap ini anak belum memiliki identitas karir yang kuat, anak baru belajar mengenal beragam karir. Tahap Usia 15-25 exploration (Eksplorasi) , Remaja sudah mencari cari, kecocokam dengan dirinya, sudah muncul komitmen untuk berkarir nantinya. Pada usia 26-45 establishment, sudah menemukan dan berkarir di dalamnya. Pada usia 46-65 maintenance, terus memperbaiki sampai pensiun . Pada usia 65 keatas, withdrawal”, paparnya.

Tahapan perkembangan karir ini yang menentukan bukan hanya dari dalam dirinya sendiri tetapi dari pengaruh lingkungan (pasar kerja), situasi historis social ekonomi, personal determinan. “Selain itu, kita harus melihat teori perkembangan karir Ginzberg, anak usia 0-11 tahun dalam masa fantasi, anak perlu figur orang dewasa untuk dijadikan model, supaya dia mampu mengidentifikasi karir yang cocok utuk dirinya. Usia remaja 17 – 25 tahun sudah realistis, beralih dari yang subjektif ke realistis. Pada masa ini anak remaja sudah mulai berpikir yang realistis, sudah bisa menentukan karir yang cocok untuk dirinya. Pada masa anak tentative usia 11-16 tahun anak pada masa tansisi antara masa fantasi dengan masa realistis, pada masa ini anak masih memusatkan perhatian pada kemampuannya. Misalkan anak suka matematika, maka dia memilih karir sebagai akuntan. Setelah masa transisi ini selesai, anak akan focus pada hal - hal yang realistis”, paparnya.

Muya juga mengingatkan, jika hanya mengarahkan anak pada keinginannya saja apakah mata pelajaran, minat itu apakah bisa mengantarkan anak-anak ke cita- citanya. Oleh karena itu, Muya juga menekankan satu teori karir Holland, bahwa suatu pemilihan pekerjaan atau jabatan merupakan hasil dari interaksi antara faktor keturusan dengan segala pengaruh budaya, teman bergaul, orang tua, dan orang dewasa yang dianggap memiliki peranan penting.

Di akhir sesi, Muya menyarankan untuk mengeksplorasi potensi peseta didik dengan cara melakukan kegiatan inventori minat, mengukur skala psikologi, kuisioner, dan melakukan tes bakat dan tes minat. “Kurikulum prototipe akan berhasil jika ada penunjangnya. Persiapan bagaimana menyelenggarakan screening, apa yg menjadi potensi mereka, bisa kita kembangkan. Kita tidak bisa serahkan tanggungjawab karir hanya ke siswa, tetapi guru, masyarakat , lingkungan pergaulan,. Saya optimis kurikulum prototipe, dapat memberikan warna-warna pelangi, yang menyinari masa depan peserta didik kita”, pungkasnya.

Bincang Pendidikan ini diselenggarakan dalam rangka Dies Natalis ke-58 Universitas Negeri Yogyakarta secara daring Zoom Meeting juga live streaming di channel FIP UNY Official dan channel Prodi Kebijakan Pendidikan. Kegiatan bincang Pendidikan ini dihadiri oleh 243 peserta dari unsur dosen dan tendik Fakultas Ilmu Pendidikan, guru – guru di satuan Pendidikan dari berbagai wilayah di Indonesia. (Ririt)