Relevansi Mata Kuliah Kesejahteraan Keluarga Dengan Pencapaian Indikator SDGs

Tujuan Pembangunan Berkelanjutan / Sustainable Development Goals (SGDs) memberikan tantangan bagi setiap negara berkembang untuk mencapainya, dan keluarga yang berkualitas merupakan salah satu kunci utama untuk bisa mencapai tujuan tersebut. Keluarga adalah unit sosial yang fundamental pada semua masyarakat modern. Kita belajar berkomunikasi, berempati, berkompromi dalam struktur sosial yang kecil dan penting ini. Tidak heran jika Kofi Annan, mantan Sekretaris Jenderal PBB dalam suatu kesempatan mengatakan bahwa pencapaian tujuan pembangunan sangat bergantung pada seberapa baik keluarga diberdayakan untuk berkontribusi terhadap pencapaian tujuan tersebut.

Mengingat pentingnya peran keluarga dalam Pembangunan nasional sehingga memerlukan lebih banyak aktor yang memiliki kompetensi dan concern terhadap keluarga, kurikulum S2 Psikologi UNY menawarkan peminatan khusus psikologi keluarga dengan beberapa mata kuliah peminatan. Salah satunya adalah mata kuliah Kesejahteraan keluarga. Mata kuliah ini mengajak mahasiswa untuk mempelajari konsep kesejahteraan dalam keluarga, karakteristik keluarga sejahtera, serta isu-isu terkait kesejahteraan keluarga yang didukung dengan penelitian terkini dalam bidang family wellbeing.

Mata kuliah kesejahteraan keluarga mendukung pencapaian indikator SDGs melalui muatan-muatan yang menjadi bahan belajar dan diskusi para mahasiswa. Sebagai contoh, mata kuliah ini sangat relevan dengan SDG 3 yaitu kehidupan yang sehat dan sejahtera. Hampir semua pokok bahasan mendukung tujuan tersebut. Sebut saja misalnya konsep kesejahteraan keluarga dan karakteristik keluarga sejahtera, regulasi negara dan kesejahteraan keluarga, persiapan berkeluarga menuju keluarga sejahtera, seksualitas dan kesehatan reproduksi, komunikasi dan keintiman, pertetanggaan dan kesejahteraan keluarga, kesejahteraan ekologi, serta pengasuhan dan kesejahteraan anak.

Mata kuliah ini juga mendukung SDG 5 yaitu kesetaraan gender melalui pokok bahasan Gender, kekuasaan, dan kerjasama yang mengajak mahasiswa untuk memahami peran gender, kaitannya dengan kekuasaan dan kerjasama dalam keluarga, serta bagaimana mengembangkan relasi yang setara dan adil di antara suami istri. SDG 5 juga didukung oleh pokok bahasan Work Family Balance yang memberikan pemahaman kepada mahasiswa tentang keseimbangan antara pekerjaan dan keluarga, urgensi membangun relasi suami istri yang adil dan setara untuk menciptakan work family balance serta bagaimana hal tersebut berpengaruh pada kesejahteraan keluarga.

Tujuan lain dalam SDGs yang relevan dengan mata kuliah ini adalah SDG 10 yaitu mengurangi kesenjangan. Melalui materi Perencanaan keuangan dan konomi keluarga, mahasiswa diajak untuk mempelajari bagaimana merencanakan keuangan keluarga serta pengaturan ekonomi keluarga. Salah satu problem yang ada dalam masyarakat adalah kesejangan ekonomi. Jika setiap keluarga dapat merencanakan keuangan dan mengatur ekonomi keluarga dengan baik, maka hal itu dapat meningkatkan pendapatan keluarga yang pada akhirnya dapat mengurangi kesenjangan ekonomi yang ada di masyarakat.

Dalam upaya untuk mengintegrasikan teori dan praktik serta menyelaraskan Tri Dharma Perguruan Tinggi, pengampu mata kuliah ini yaitu Dr. Siti Rohmah Nurhayati, M.Si. berperan aktif sebagai salah satu Instruktur Nasional Bina Keluarga Sakinah Kementerian Agama Republik Indonesia yang bertugas melatih para calon fasilitator Bimbingan Perkawinan (BIMWIN). Program Binwin ini merupakan bagian dari program prioritas pemerintah yang dikoordinasikan oleh KSP (Kantor Staf Presiden) dan BAPPENAS. Program Binwin dilaksanakan oleh Kantor Kementerian Agama Kabupaten/ Kota melalui Kantor Urusan Agama (KUA) Kecamatan dalam bentuk kelas pelatihan pembekalan selama 16 jam (dua hari) yang diisi oleh para fasilitator terlatih, baik dari internal Kementerian Agama atau unsur masyarakat. Bimwin menjadi program nasional untuk menanggulangi angka perceraian dan membentuk keluarga Sakinah sebagai salah satu upaya membangun SDM unggul dan berkualitas sesuai dengan tujuan pembangunan berkelanjutan (SDGs).