
Kulonprogo) - Di berbagai pelosok desa Indonesia, termasuk Desa Terbah, Kulonprogo, peran perempuan masih sering terbatas pada ranah domestik. Padahal, banyak perempuan terutama ibu rumah tangga menyimpan potensi besar yang belum tergarap secara optimal akibat terbatasnya akses terhadap pelatihan, modal usaha, dan jejaring pemasaran. Di tengah meningkatnya kebutuhan ekonomi keluarga, keinginan perempuan untuk turut berdaya pun kian besar, namun kerap belum menemukan ruang yang tepat.
Menjawab tantangan tersebut, Tim Dosen Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta (FIP UNY) hadir melalui kegiatan Pelatihan Mompreneur bagi Komunitas Perempuan Rentan di Desa Terbah, Kulon Progo. Kegiatan ini dilaksanakan pada Selasa (tanggal kegiatan), bertempat di Kediaman Ibu Dukuh Dusun Terbah, dan menyasar para ibu-ibu PKK Desa Terbah yang selama ini memiliki keinginan kuat untuk mandiri secara ekonomi namun belum memiliki bekal keterampilan usaha.
Melalui pendekatan edukatif, partisipatif, dan aplikatif, pelatihan ini menggabungkan materi penguatan peran perempuan, keterampilan produksi lilin aromaterapi, hingga strategi pemasaran langsung dan digital. Kegiatan ini tidak hanya mempertemukan akademisi dengan masyarakat, tetapi juga menjadi jembatan bagi perempuan desa untuk mulai merintis usaha mandiri dari rumah
Pelatihan diawali dengan sesi motivasi yang inspiratif oleh Dr. Shely Cathrin, M.Phil., yang menekankan pentingnya peran perempuan sebagai penggerak ekonomi keluarga dan agen perubahan sosial. Dalam pemaparannya, Dr. Shely menyoroti bahwa menjadi ibu rumah tangga tidak membatasi ruang kreasi perempuan, justru bisa menjadi titik awal tumbuhnya potensi ekonomi baru melalui kewirausahaan.
“Ketika perempuan diberi ruang untuk belajar dan berkembang, mereka bisa menjadi kekuatan utama dalam mengangkat perekonomian keluarga dan komunitas,” ungkap Dr. Shely.
Sesi ini membangkitkan semangat para peserta. Mereka mulai menyadari bahwa keterbatasan bukanlah penghalang, melainkan peluang untuk belajar dan berkembang bersama.
Pelatihan berikutnya, dilanjutkan dengan sesi keterampilan pembuatan lilin aromaterapi, yang dipandu oleh Wulan Tri Puji Utami, M.Pd., bersama mahasiswa dari Prodi Kebijakan Pendidikan FIP UNY. Lilin aromaterapi dipilih sebagai produk pelatihan karena mudah dibuat, memiliki nilai estetika tinggi, dan banyak diminati pasar.
Dalam suasana yang penuh semangat, para ibu belajar proses produksi mulai dari pemilihan aroma, pencampuran bahan, pencetakan, hingga pengemasan produk agar layak jual. Bagi sebagian besar peserta, ini merupakan pengalaman pertama mereka membuat produk dengan nilai komersial.
“Baru pertama kali ikut pelatihan seperti ini. Saya jadi tahu cara membuat lilin yang wangi dan cantik. Rasanya ingin segera jualan,” ungkap salah satu peserta penuh antusias.
Tak hanya berhenti pada produksi, peserta juga dibekali dengan wawasan pemasaran oleh Yulian Yosa Riyadika, M.Pd., yang mengajarkan strategi pemasaran dari lingkup lokal hingga digital. Para ibu dikenalkan pada cara menjual langsung kepada lingkungan sekitar, seperti pengajian atau pasar desa, serta teknik promosi sederhana melalui media sosial seperti WhatsApp, Instagram, dan marketplace.
Yulian mendorong peserta untuk membangun merek sendiri, memilih nama produk yang menarik, dan mengambil foto yang estetik agar lebih menarik minat konsumen.
“Pasar pertama bisa dimulai dari tetangga dan teman. Tapi dengan media sosial, produk ibu-ibu bisa menjangkau pasar yang lebih luas bahkan ke luar daerah,” jelasnya.
Untuk memperkuat pengalaman peserta, hasil produk pelatihan langsung dipasarkan di Plaza UNY, pusat kegiatan kampus Universitas Negeri Yogyakarta. Para ibu mempresentasikan lilin aromaterapi karya mereka di hadapan mahasiswa, dosen, dan pengunjung umum, menjadi pengalaman pertama sekaligus momen membanggakan. Respon pasar pun positif; produk-produk lilin dengan aroma menenangkan dan kemasan menarik langsung diminati pengunjung. Kegiatan ini membuktikan bahwa dengan pelatihan yang tepat, produk rumahan dari desa mampu bersaing di pasar yang lebih luas
Melalui pelatihan ini, FIP UNY tidak hanya memberikan ilmu dan keterampilan, tetapi juga menanamkan kepercayaan diri dan semangat kemandirian kepada para peserta. Inisiatif ini menjadi bagian dari komitmen FIP UNY dalam menjalankan Tri Dharma Perguruan Tinggi, khususnya dalam pengabdian kepada masyarakat.
Kegiatan ini menjadi momentum penting dalam membangun semangat kewirausahaan di kalangan perempuan desa, sekaligus menjadi contoh kolaborasi antara akademisi, mahasiswa, dan masyarakat dalam menciptakan perubahan sosial yang positif.
Dengan semangat gotong royong, sinergi keilmuan, dan keberpihakan kepada masyarakat akar rumput, para Ibu PKK Desa Terbah kini mulai melangkah menjadi mompreneur perempuan yang mampu menjalankan peran domestik sekaligus produktif secara ekonomi, dari rumah untuk dunia.